Etika dipahami sebagai seperangkat
prinsip yang mengatur hidup manusia (a code or set of principles which people
live). Berbeda dengan moral, etika merupakan refleksi kritis dan penjelasan
rasional mengapa sesuatu itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah buruk.
Ini berada pada tataran moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa
menipu itu buruk dan apa alasan pikirnya, merupakan lapangan etika. Perbedaan
antara moral dan etika sering kabur dan cendrung disamakan. Intinya, moral dan
etika diperlukan manusia supaya hidupnya teratur dan bermartabat. Orang yang
menyalahi etika akan berhadapan dengan sanksi masyarakat berupa pengucilan dan
bahkan pidana.Bisnis merupakan bagian yang tak bisa dilepaskan dari kegiatan
manusia.
Perbedaan etika bisnis syariah
dengan etika bisnis yang selama ini dipahami dalam kajian ekonomi terletak pada
landasan tauhid dan orientasi jangka panjang (akhirat). Prinsip ini dipastikan
lebih mengikat dan tegas sanksinya. Etika bisnis syariah memiliki dua cakupan.
Pertama, cakupan internal, yang berarti perusahaan memiliki manajemen internal
yang memperhatikan aspek kesejahteraan karyawan, perlakuan yang manusiawi dan
tidak diskriminatif plus pendidikan. Sedangkan kedua, cakupan eksternal
meliputi aspek trasparansi, akuntabilitas, kejujuran dan tanggung jawab.
Demikian pula kesediaan perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan dan
masyarakat sebagai stake holder perusahaan.
Abdalla Hanafi dan Hamid Salam, Guru
Besar Business Administration di Mankata State Univeristy menambahkan cakupan
berupa nilai ketulusan, keikhlasan berusaha, persaudaraan dan keadilan.
Sifatnya juga universal dan bisa dipraktekkan siapa saja. Etika bisnis syariah
bisa diwujudkan dalam bentuk ketulusan perusahaan dengan orientasi yang tidak
hanya pada keuntungan perusahaan namun juga bermanfaat bagi masyarakat dalam
arti sebenarnya. Pendekatan win-win solution menjadi prioritas. Semua pihak
diuntungkan sehingga tidak ada praktek “culas” seperti menipu masyarakat atau
petugas pajak dengan laporan keuangan yang rangkap dan lain-lain. Bisnis juga
merupakan wujud memperkuat persaudaraan manusia dan bukan mencari musuh. Jika
dikaitkan dengan pertanyaan di awal tulisan ini, apakah etika bisnis syariah
juga bisa meminimalisir keuntungan atau malah merugikan ?. Jawabnya tergantung
bagaimana kita melihatnya. Bisnis yang dijalankan dengan melanggar
prinsip-prinsip etika dan syariah seperti pemborosan, manipulasi,
ketidakjujuran, monopoli, kolusi dan nepotisme cenderung tidak produktif dan menimbulkan
inefisiensi.
Etika yang diabaikan bisa membuat
perusahaan kehilangan kepercayaan dari masyarakat bahkan mungkin dituntut di
muka hukum. Manajemen yang tidak menerapkan nilai-nilai etika dan hanya
berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan mampu bertahan
(survive) dalam jangka panjang. Jika demikian, pilihan berada di tangan kita.
Apakah memilih keuntungan jangka pendek dengan mengabaikan etika atau memilih
keuntungan jangka panjang dengan komit terhadap prinsip-prinsip etika –dalam hal
ini etika bisnis syariah-.
Bisnis Syariah. Bisnis itu dalam
Islam merupakan kegiatan berdagang. Kegiatan Bisnis Syariah dalam Islam sangat
berbeda dengan kegiatan ekonomi sekuler (kapitalis) yang beranggapan bahwa
dalam setiap urusan bisnis tidak dikenal adanya etika sebagai kerangka acuan,
sehingga dalam pandangan kaum kapitalis bahwa kegiatan bisnis amoral. Prinsip
ini menunjukkan bahwa setiap kegiatan Bisnis Syariah tidak ada hubungannya dengan moral
apa pun, bahkan agama sekalipun. Menurut ekonomi kapitalis setiap kegiatan
ekonomi didasarkan pada perolehan kesejahteraan materi sebagai tujuan utama.
Dalam Bisnis Syariah manusia memiliki peranan yang sangat penting sebagai
pelaku bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar